PEMUDA HARAPAN MEMBANGUN BANGSA

Selasa, 24 Oktober 2023 : Oktober 24, 2023

 

Oleh : Ibnu Asis

 

Pendahuluan

Pemuda. Begitulah ia (mereka) biasa disapa. Sejarah telah mencatat dengan tinta emas kegemilangan, bahwa dari dahulu sampai sekarang Pemuda (termasuk Pelajar dan Mahasiswa) selalu menjadi  bagian yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur pelaku perubahan di negeri ini. Sebut saja sejak masa awal Pergerakan Nasional 1908, Kebangkitan Nasional 1920, Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan RI 1945, hingga masa awal Orde Baru 1966 dan Orde Reformasi 1998.

Pemuda, senantiasa memberi kontribusi  positif serta memberi warna benderang terhadap dinamika perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia. Pendek kata, tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda adalah lokomotif perjuangan dan perubahan bangsa dan NKRI menuju kejayaan yang sejati.

Eksistensi dan Fungsi

Pemuda. Ia (mereka) adalah pelanjut estafeta dan penerus cita-cita para “founding father” negeri beribu pulau dengan kekayaan alam yang melimpah-ruah ini. Oleh karenanya semakin dapat dipahami bahwa peran atau kontribusi penting (strategis) pemuda dalam kaitannya dengan upaya (melanjutkan) pembangunan eksistensi bangsa ke arah yang lebih baik dan bermartabat, sesungguhnya sangat sejalan dan senafas dengan tujuan berdirinya Republik tercinta ini sebagaimana termaktub di dalam preambule (pembukaan) UUD 1945, yaitu :

a.    Internal (ke dalam)

Secara internal, pemuda beserta seluruh komponen bangsa, memiliki peran strategis sebagai ujung tombak untuk menciptakan tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia (menumbuhkan rasa aman), memajukan kesejahteraan umum (peran sosial) dan mencerdaskan kehidupan bangsa (peran intelektual) dalam bingkai “Bhinneka Tunggal Ika”. Keberagaman yang melahirkan persamaan dan persatuan, bukan keberagaman yang justru semakin memperdalam perbedaan dan permusuhan.

b.    Eksternal (keluar)

Secara eksternal dalam kerangka meneguhkan eksistensi bangsa dan negara ini di dalam percaturan kehidupan Internasional, maka pemuda juga diminta berperan aktif menjadi katalisator untuk menciptakan perdamaian abadi dan ketertiban dunia bersama-sama dengan elemen bangsa lainnya.

Peran eksternal ini sejatinya juga diharapkan menjadi peneguh dan penjelas eksistensi bangsa dan Negara Indonesia sebagai Negara Non Blok yang secara lantang mampu bersikap tegas terhadap segala bentuk penindasan dan penjajahan bangsa-bangsa lain atas bangsa-bangsa yang telah “merdeka” dan berdaulat penuh.

Kedua peran strategis pemuda tersebut yang juga merupakan implementasi dari tugas pokok dan fungsi Negara. Bahkan sejatinya (secara implisit) telah diisyaratkan oleh Allah Swt 14 abad lalu melalui Rasulullah Saw dalam Al-Qur’an surah Quraisy ayat 4 yang artinya “Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan rasa lapar (aspek kesejahteraan umum) dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan (aspek kamtibmas)”.

Modal Dasar

Pemuda. Ia (mereka) adalah “iron stock” atau cadangan keras yang akan menjadi “back bone” atau tulang-punggung pembangunan bangsa ini. Sehingga untuk mewujudkan peran strategisnya yang sangat berat namun mulia itu, kiranya diperlukan seperangkat modal dasar (bekalan) yang secara inheren melekat dan tumbuh didalam diri setiap pemuda.

Bekalan strategis dimaksud nantinya perlu dipersiapkan guna mengantisipasi kemungkinan adanya hambatan, tantangan, ancaman bahkan gangguan yang akan melemahkan kontribusi positif pemuda di dalam upaya keterlibatannya membangun bangsa. Diantara bekalan tersebut adalah sebagai berikut :

a.  Penguasaan IT dan  IPTEK

Tidak dapat dibantah dan dipungkiri lagi bahwa setiap bangsa yang mampu menguasai IT dan IPTEK, pastilah bangsa tersebut memiliki peluang dan kesempatan besar untuk menguasai dunia. Logika ini semakin kuat memberi alasan mengapa kita (pemuda) perlu berupaya optimal untuk senantiasa belajar dan menekuni bidang IT dan IPTEK tersebut.

Karena pada hakikatnya kita berada, hidup, tumbuh dan berkembang di dunia yang global dan dinamis. Sehingga penguasaan IT dan IPTEK sangat memungkinkan kita untuk memiliki imunitas dan daya kompetisi yang kokoh agar tidak dilindas zaman bahkan dijajah oleh bangsa-bangsa lain di muka  bumi ini.

b.  Pengalaman Berorganisasi

Pengalaman dan keterlibatan dalam suatu organisasi menjadi modal dasar yang juga tidak kalah pentingnya. Mengingat, di dalam budaya berorganisasi biasanya kita akan belajar tentang tata cara berkomunikasi, berinteraksi, problem solving, mengelola SDM hingga memenej struktur organisasi tersebut.

Dengan demikian berdasarkan pengalaman berorganisasi dimaksud, diharapkan kiranya dapat terbentuk profil pemuda yang dinamis, komunikatif dan tanggap dengan berbagai permasalahan yang muncul serta mampu mencarikan jawaban dan solusi terhadap permasalahan tersebut secara benar, tepat dan akurat.

c.   Kekuatan Jaringan (Koneksi)

Satu hal yang juga relevan dan signifikan perlu dimiliki oleh setiap pemuda adalah modal berupa kekuatan jaringan atau koneksi. Modal koneksi ini paling tidak akan membantu kita untuk mengenal, berinteraksi dan membangun komunikasi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang gender, suku, bangsa, budaya, bahasa, pendidikan dan pengalaman yang tidak sama.

Dengan modal koneksi ini kita mengharapkan munculnya kekuatan baru, soliditas dan solidaritas untuk menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan guna mencapai visi, misi dan tujuan bersama yang dicita-citakan.

Dalam bahasa Agama, kekuatan jaringan ini diistilahkan dengan Ukhuwah Islamiah atau persaudaraan. Sebagaimana Allah Swt telah berfirman di dalam Surah Al-Hujurat ayat 10 dan 13 yang artinya : “Sesungguhnya, hanya orang berimanlah yang bersaudara (membangun jaringan) itu”, dan “Sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari jenis laki-laki dan perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kalian saling mengenal (membangun koneksi). Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian disisi Allah Swt adalah orang-orang yang bertaqwa”.

d.  Kekuatan Cinta

“Hubbul wathon minal iman”. Mencintai bangsa (negara) adalah sebagian dari iman. Demikianlah kutipan syair yang teramat sering kita dengar. Mencintai dalam pengertian mempunyai “sense of belonging” yang kuat terhadap tanah air tercinta.

Sehingga dengan demikian akan lahir keikhlasan untuk berkontribusi dan berpartisipasi demi kemajuan bangsa dan Negara. Disamping itu dengan cinta, akan muncul kekuatan dan patriotisme untuk membela kehormatan negeri ini dari setiap ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang datang menghadang.

Sebaliknya, jika perasaan cinta itu hilang, kita tidak akan memiliki rasa “cemburu” terhadap kemajuan dan keunggulan bangsa lain atas negeri kita tercinta. Karena kita sangat meyakini, bahwa sesungguhnya bangsa kita dapat lebih unggul dan maju (dengan izin Allah Swt), jikalau semua elemen bangsa berkontribusi/berpartisipasi secara benar, total dan optimal dalam balutan “rasa cinta” itu.

e.  Kekuatan Karakter

The last but not least, bekalan berikutnya adalah kekuatan karakter yang muncul, tumbuh dan berkembang secara inheren dari dalam diri pemuda itu sendiri. Kekuatan karakter sejatinya berupa kumpulan profil khas dan istimewa yang membedakannya dengan kepribadian pada umumnya, yang akan mengarahkan dan menggerakkan sikap dan perilaku positif di dalam kehidupan setiap insan (pemuda).

Pada tataran aplikatif, kekuatan karakter dimaksud adalah akhlakul karimah yang lahir karena Iman dan Taqwa kepada Allah Swt. Sebagaimana Firman Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 197 dan Sabda Rasulullah Saw yang maknanya sebagai berikut: “Berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah Taqwa”, dan “Sebaik-baik diantara kalian adalah yang paling baik Akhlaknya (kepribadiannya)”. (Al-hadits).

Penutup

Pemuda adalah aset potensial harapan bangsa dan Negara. Barangkali, disinilah letak alasan yang paling urgen dan mendasar; mengapa pemuda juga masih (tetap) dituntut untuk dapat memainkan peran-peran yang strategis sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa yang berbhineka tunggal ika ini.

Disamping itu tentunya, para pemuda juga harus mempersiapkan bekalan-bekalan mendasar yang mutlak diperlukan agar mampu memberi kontribusi optimal untuk kemajuan dan kemandirian bangsa di masa mendatang.

Sehingga pada akhirnya, kita semua boleh berharap bahwa keseluruhan “amalan bijak dan bajik” para pemuda dalam mewujudkan cita-cita luhur pembangunan Nasional, sekaligus akan menjadi sarana refleksi nan elegan untuk menjawab sebuah adagium yang sudah sangat masyhur : “Pemuda hari ini, Pemimpin di masa depan”. Wallahu a’lam bish shawab.

Share this Article