Satu-satunya Pelaku UMKM di Kota Bukittinggi : Batik Jingga Mencerminkan Khas Minangkabau

Minggu, 13 Agustus 2023 : Agustus 13, 2023

 



Endang Supatmi pengrajin batik tulis Kota Bukittinggi

Bukittinggi, winsbnews- Pengrajin pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Kota Bukittinggi di bidang fashion tidak hanya bordir kerancang, tenun dan songket saja, tapi selain itu ada juga pengrajin batik tulis dengan mencerminkan khas Minangkabau yang tidak kalah kualitasnya dengan batik tulis lainnya di luar Kota Bukittinggi.

Setiap tempat membatik, apakah itu di Kota Bukittinggi ataupun di luar Kota Bukittinggi, tentunya mempunyai ciri khas tersendiri, seperti hal Batik Jingga yang mencerminkan khas Minangkabau dengan ornamen Jam Gadang, rumah gadang, rangkiang dan lainnya yang menjadi bagian dari tampilan batik tulis yang dihasilkan, ditambah dengan motif beragam lainnya, hingga diberikan pewarnaan yang menghasilkan batik tulis berkelas.

Kepada wartawan winsbnews, Sabtu (12/8/2023) Endang Supatmi, mengatakan, sejak tahun 2014 telah memulai usaha batik tulis di Kota Bukittinggi, hingga sekarang Batik Jingga telah dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat lokal, regional, nasional bahkan mancanegara. Guna menjaga hasil karya yang dihasilkan, maka telah mematenkan motif Batik Lakuang dan Motif Batik Sapiran asli Kota Bukittinggi hanya dimiliki Batik Jingga, ucapnya di galeri miliknya berada di kawasan jalan Lakuang Kelurahan Pulai Anak Aia Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS).

Lebih lanjut dijelaskannya warna Batik Jingga yang dihasilkan mampu dipadupadankan dengan warna yang menjelaskan bahwa batik ini adalah batik Minangkabau, khususnya dari Kota Bukittinggi. Batik Jingga yang dihasilkan adalah warna tanah yakni coklat dipadukan dengan warna marawa. Sekarang perpaduan warna memberikan kesan bahwa batik itu dapat dipakai oleh semua orang.

Motif batik di era sekarang telah menyesuaikan perkembangan dan animo si pemakainya, sehingga batik bukan identik bagi orang tua saja. Anak muda  saat ini dapat tampil anggun dan gagah mengenakan batik sesuai jati dirinya. Kami telah membuktikan motif Batik Jingga menyesuaikan trend generasi, jelasnya.

Mendapatkan literatur sejarah bahwa pada tahun 1727 silam di Kota Bukittinggi khususnya sudah terdapat batik yang dihasilkan, walaupun batik ini masih sebatas di ranah kerajaan, namun batik tidak mendapatkan pengembangan. Jadi ingin mengembalikan kejayaan batik di masa lalu seiring zaman, tetapi bukan mengedepankan kuantitas melainkan kualitas, kata Endang Supatmi.

Dan Endang Supatmi menceritakan asal mulanya Batik Jingga, jingga itu sebenarnya penamaannya bukan dari warna. Namun mengacu pada sejarah Dara Jingga yang memiliki hubungan erat antara tanah Jawa dengan Minangkabau. Awalnya, berpikir kenapa produk Indonesia yang dihasilkan di berbagai daerah termasuk batik di Sumatera Barat tidak terangkat pamornya. Pada tahun 1727 di Kota Bukittinggi sudah ada batik tulis yang dihasilkan, batik itu dipakai oleh kalangan kerajaan, sehingga batik itu tidak dipakai oleh masyarakat umum. Maka saya tergerak untuk membangkitkan batik asli Kota Bukittinggi tersebut.

Alhamdulillah Batik Jingga menerima penghargaan dari Pemerintah Kota Bukittinggi dikarenakan usaha ini bukan hanya menghasilkan produk batik tulis saja, tetapi kita merangkul beberapa pemberdayaan bagi anak-anak, sehingga terdapat kelas kreatif, dengan mengikuti kegiatan membatik, menyulam, menenun dan merenda serta melukis. Maka motorik anak-anak sejak dini sudah terasah. Kita juga punya spa untuk wanita muslimah, jadi Batik Jingga itu kompleks bukan semata batik tulis saja, pungkas Endang Supatmi. (Iwin SB)

Share this Article