
Bukittinggi, winsbnews- Pengrajin pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) di Kota Bukittinggi di bidang fashion tidak hanya bordir kerancang,
tenun dan songket saja, tapi selain itu ada juga pengrajin batik tulis dengan
mencerminkan khas Minangkabau yang tidak kalah kualitasnya dengan batik tulis
lainnya di luar Kota Bukittinggi.
Setiap tempat membatik, apakah itu di
Kota Bukittinggi ataupun di luar Kota Bukittinggi, tentunya mempunyai ciri khas
tersendiri, seperti hal Batik Jingga yang mencerminkan khas Minangkabau dengan
ornamen Jam Gadang, rumah gadang, rangkiang dan lainnya yang menjadi bagian
dari tampilan batik tulis yang dihasilkan, ditambah dengan motif beragam
lainnya, hingga diberikan pewarnaan yang menghasilkan batik tulis berkelas.
Kepada wartawan winsbnews, Sabtu (12/8/2023)
Endang Supatmi, mengatakan, sejak tahun 2014 telah memulai usaha batik tulis di
Kota Bukittinggi, hingga sekarang Batik Jingga telah dikenal oleh berbagai
lapisan masyarakat lokal, regional, nasional bahkan mancanegara. Guna menjaga
hasil karya yang dihasilkan, maka telah mematenkan motif Batik Lakuang dan
Motif Batik Sapiran asli Kota Bukittinggi hanya dimiliki Batik Jingga, ucapnya
di galeri miliknya berada di kawasan jalan Lakuang Kelurahan Pulai Anak
Aia Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS).
Lebih lanjut dijelaskannya warna Batik
Jingga yang dihasilkan mampu dipadupadankan dengan warna yang menjelaskan bahwa
batik ini adalah batik Minangkabau, khususnya dari Kota Bukittinggi. Batik
Jingga yang dihasilkan adalah warna tanah yakni coklat dipadukan dengan warna
marawa. Sekarang perpaduan warna memberikan kesan bahwa batik itu
dapat dipakai oleh semua orang.
Motif batik di era sekarang telah
menyesuaikan perkembangan dan animo si pemakainya, sehingga batik bukan identik
bagi orang tua saja. Anak muda saat ini dapat tampil anggun dan gagah
mengenakan batik sesuai jati dirinya. Kami telah membuktikan motif Batik
Jingga menyesuaikan trend generasi, jelasnya.
Mendapatkan literatur sejarah bahwa pada
tahun 1727 silam di Kota Bukittinggi khususnya sudah terdapat batik yang
dihasilkan, walaupun batik ini masih sebatas di ranah kerajaan, namun batik
tidak mendapatkan pengembangan. Jadi ingin mengembalikan kejayaan batik di
masa lalu seiring zaman, tetapi bukan mengedepankan kuantitas melainkan
kualitas, kata Endang Supatmi.
Dan Endang Supatmi menceritakan asal mulanya Batik Jingga, jingga itu sebenarnya penamaannya bukan dari warna. Namun mengacu pada sejarah Dara Jingga yang memiliki hubungan erat antara tanah Jawa dengan Minangkabau. Awalnya, berpikir kenapa produk Indonesia yang dihasilkan di berbagai daerah termasuk batik di Sumatera Barat tidak terangkat pamornya. Pada tahun 1727 di Kota Bukittinggi sudah ada batik tulis yang dihasilkan, batik itu dipakai oleh kalangan kerajaan, sehingga batik itu tidak dipakai oleh masyarakat umum. Maka saya tergerak untuk membangkitkan batik asli Kota Bukittinggi tersebut.
Alhamdulillah Batik Jingga menerima penghargaan dari Pemerintah Kota Bukittinggi dikarenakan usaha ini bukan hanya menghasilkan produk batik tulis saja, tetapi kita merangkul beberapa pemberdayaan bagi anak-anak, sehingga terdapat kelas kreatif, dengan mengikuti kegiatan membatik, menyulam, menenun dan merenda serta melukis. Maka motorik anak-anak sejak dini sudah terasah. Kita juga punya spa untuk wanita muslimah, jadi Batik Jingga itu kompleks bukan semata batik tulis saja, pungkas Endang Supatmi. (Iwin SB)