
Wali Kota Bukittinggi Erman Safar saat menyampaikan penjelasan pada rakor penanggulangan HIV AIDS di Aula Balaikota Bukittinggi
Bukittinggi, winsbnews- Sangat memprihatinkan sekali, kasus HIV AIDS jika dihitung dari tahun 2008, terdapat 1064 kasus kumulatif ODHIV, jumlah ini membuat Kota Bukittinggi berada pada peringkat dua jumlah kasus terbanyak di Provinsi Sumatera Barat. Meningkatnya kasus HIV AIDS di Kota Bukittinggi pada tahun 2022 lalu, menjadi sorotan Pemko Bukittinggi, untuk segera melakukan antisipasi penanggulangan HIV AIDS.
Langkah awal, Pemerintah Kota Bukittinggi gelar rapat koordinasi penanggulangan HIV AIDS di Aula Balaikota Bukittinggi dihadiri Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar, Ketua Konselor VCT HIV Indonesia wilayah Sumatera Barat, Katerina Welong, Kepala Dinas Kesehatan Bukittinggi, Linda Faroza dan instansi vertikal lainnya.
Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar, menjelaskan, HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, dapat menimbulkan berbagai penyakit yang disebut AIDS. Jika tidak ditangani dengan serius maka dapat menimbulkan kematian.
Hingga saat ini, infeksi HIV masih menjadi masalah kesehatan global dan nasional. Kasus HIV di kawasan Asia Tenggara menyumbang 1076 dari total beban HIV di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi HIV di sebagian besar wilayah adalah 0,2656, termasuk Sumatera Barat.
Pada tahun 2030 merupakan tahun yang ditargetkan oleh global dan Nasional sebagai Ending AIDS yang dikenal dengan istilah “The Three Zero” yaitu, Zero new HIV Infection (tidak ditemukan kasus HIV baru), Zero AIDS related death (tidak ada kematian akibat AIDS), Zero discrimination (tidak ada diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS).
Di Kota Bukittinggi sendiri, lanjut Erman Safar, berdasarkan data laporan kasus dari seluruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang ada baik Rumah Sakit maupun Puskesmas bisa dipaparkan bahwa, angka kumulatif penemuan kasus HIV mulai tahun 2008 sampai dengan Desember 2022 sudah mencapai angka 1064 orang. Dilihat dari data 3 tahun terakhir, mulai 2018 sampai 2023, terdapat 278 kasus HIV di Bukittinggi, terdiri dari usia 20 sampai 24 tahun sebanyak 34 kasus. Usia 25 sampai 49 tahun terdapat 232 kasus dan usia lebih dari 50 tahun terdapat 12 kasus, ungkap Erman Safar.
Pada kesempatan saat bersilaturahmi dengan pengurus dan anggota PGRI Kota Bukittinggi, Erman Safar memaparkan, bahwa Kota Bukittinggi menjadi daerah tertinggi kedua di Sumbar, dengan jumlah HIV AIDS terbanyak. Saat ini, kasus HIV didominasi oleh warga berusia 20 sampai 49 tahun dengan 232 kasus dan faktor resiko tertinggi berasal dari hubungan sex terutama pada kelompok LSL (Lelaki Sex Lelaki) sebanyak 5056.
“Ada juga penyelewengan antara anak dengan orang tua. Ini bahaya. Untuk itu, besar harapan kami kepada guru untuk lebih menekankan pendidikan berkarakter pada anak-anak kita. Bagaimana kegiatan agama, adat budaya dan pendekatan keluarga, harus lebih banyak dari pada teori dari pendidikan karakter itu sendiri,” ungkap Wako.
Sedangkan Kepala Dinas Kesehatan Bukittinggi, Linda Faroza, menjelaskan, situasi HIV AIDS di Kota Bukittinggi memang mengkhawatirkan. Jika di data dari tahun 2018, jumlah perkembangan kasus HIV dan AIDS cenderung menurun, tapi tahun 2022 lalu kembali meningkat.
Dijelaskannya tahun 2018 terdapat 75 kasus HIV dan 45 kasus AIDS, tahun 2019 ada 62 kasus HIV 41 kasus AIDS, tahun 2020 ada 34 kasus HIV 19 AIDS, tahun 2021 ada 27 kasus HIV 16 AIDS. Namun tahun 2022 ada 63 kasus HIV dan 36 kasus AIDS. Hingga Maret 2023, terdapat 16 kasus HIV 6 AIDS. Totalnya ada 278 kasus HIV dan 163 AIDS. Jika dihitung dari tahun 2008, terdapat 1064 kasus kumulatif ODHIV. Jumlah ini, membuat Kota Bukittinggi berada pada peringkat dua jumlah kasus terbanyak di Sumbar.
Jumlah Kasus HIV tahun 2008 sampai 2023, umur 1-4 tahun dengan jumlah 21 orang (persentase 1,9), umur 15-19 tahun dengan jumlah 31 orang (persentase 3,45), umur 20-25 tahun dengan jumlah 203 orang (persentase 19,146), umur 25-49 tahun dengan jumlah 779 orang (persentase 73,256), umur 50 tahun ke atas dengan jumlah 238 orang (persentase 2,34), pungkas Linda Faroza. (Iwin SB)