
Kepala DP3APPKB Kota Bukittinggi Nauli Handayani didampingi Kepala Bidang Pembangunan Keluarga Penduduk dan Keluarga Berencana serta bidan Ruri dan peserta akseptor
Pelayanan
KB Serentak Sejuta Akseptor di Seluruh Indonesia
DP3APPKB Kota Bukittinggi Mendukung
Bukittinggi, winsbnews - Dalam rangka
menyambut Hari Keluarga Nasional ke 30 tahun 2023, salah satu kegiatannya
adalah pelayanan KB serentak terhadap Sejuta Akseptor. Pemerintah Kota
Bukittinggi melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,
Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana (DP3APPKB) mendukung pelaksanaan
pelayanan Keluarga Berencana (KB) serentak sejuta akseptor di seluruh
Indonesia.
Kepala DP3APPKB Kota Bukittinggi Nauli Handayani yang didampingi
Kepala Bidang Pembangunan Keluarga Penduduk dan Keluarga Berencana serta bidan
Ruri, ketika ditemui di tempat praktek bidan Ruri mengatakan, sejuta akseptor
di Kota Bukittinggi dilakukan, Rabu (14/6) pada 3 lokasi, yaitu di tempat
praktek bidan Ruri di Kelurahan Tarok Dipo, di Rumah Sakit Tentara, dan di
tempat praktek bidan Rita di Simpang Limau.
Di Kota Bukittinggi dengan difasilitasi oleh DP3APPKB yang
bekerjasama dengan tempat praktek bidan Ruri di Kelurahan Tarok Dipo dan bidan
Rita di Simpang Limau.
Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar melalui Nauli Handayani
mengatakan dengan fakta lapangan bahwa para akseptor yang bergabung dalam
kegiatan ini dilatarbelakangi usia yang bervariasi. Partisipasi menjadi
akseptor program KB ini didasari kesadaran dari setiap warga.
DP3APPKB Kota Bukittinggi optimis target program sejuta
akseptor dapat tercapai. Bidan Rury dan Bidan Rita yang figurnya
sudah familiar di tengah masyarakat mampu meningkatkan kesadaran publik
untuk menjadi akseptor KB. Diharapkan warga masyarakat di 3 Kecamatan yang
berada di Kota Bukittinggi ikut mendukung pencapaian pelayanan KB.
Lebih lanjut dijelaskannya, “Alhamdulillah, di Rumah Sakit
Tentara ada seorang wanita berusia 40 tahun yang sedang memasang KB jenis
implan, kemudian ada juga warga yang berusia 30 tahun juga memasang alat
kontrasepsi.
Artinya dengan melihat rentang usia ini, kesadaran masyarakat
sudah mulai bertumbuh, bukan hanya kepada masyarakat yang berusia 45 tahun ke
atas, tetapi orang-orang yang berusia di bawah 45 tahun yang menjadi
akseptor KB dengan kesadaran sendiri,” jelasnya.
Kata Nauli Handayani, masalah KB tidak hanya kaum wanita saja,
tapi adanya dukungan juga dari kaum laki-laki atau kaum bapak untuk mendukung
pelaksanaan program KB dengan menggunakan alat kontrasepsi,
dikarenakan program KB bukan semata ditujukan bagi kaum ibu atau kaum
perempuan saja.
Harapan kami, kaum laki-laki atau kaum bapak juga menjadi akseptor KB, untuk kaum laki-laki sedang digalakkan. Selama ini kesan program KB hanya berada di kalangan perempuan atau ibu-ibu, seharusnya ada bentuk kepedulian dari kaum laki-laki untuk menjadi akseptor, harapnya.
Bagaimana perjuangan dan pengorbanan seorang perempuan atau ibu, jika dianalisa penderitaan dalam menjalani kehidupan berkeluarga, kaum perempuan atau kaum ibu yang lebih banyak mengalami penderitaan. “Kami juga menginginkan kaum laki-laki atau bapak-bapak berpartisipasi menjadi akseptor KB, “ pungkas Nauli Handayani. (Iwin SB)