
Bukittinggi, winsbnews- Berlibur ke Kota
Bukittinggi tak lega rasanya jika tidak mencicipi makanan khas Kota
Bukittinggi, terasa kurang jika hanya berwisata alamnya saja, padahal sejuta
rasa makanan dan camilan dapat dirasakan dengan cita rasa yang beraneka ragam.
Terlebih camilan di Kota Bukittinggi. Pisang kapik namanya, kudapan berbahan
dasar buah pisang dengan cita rasa yang kaya.
Ada banyak
sajian-sajian camilan dari buah pisang yang terkenal di Indonesia, seperti
Pisang Gapit kuliner khas Kalimantan Timur, Pisang Epe kuliner khas
Sulawesi Selatan, Pisang Plenet, hidangan khas Jawa Tengah, dan Pisang
Kapik dari Kota Bukittinggi.
Memanfaatkan ramainya
pengunjung wisatawan nusantara dan mancanegara yang datang di Kota Bukittinggi
di waktu liburan dan perantau pulang kampung saat hari Raya Idul Fitri 1444
H/2023 M, Ayu warga Kota Bukittinggi tepatnya tinggal di Pulai Anak Aia
Kecamatan Mandiangin Koto Selayan bersama dua orang anak putra putri yang
berusia 7 dan 5 tahun, Ayu menghidupkan keluarga kecilnya dengan menjual pisang
kapik diatas kendaraan roda tiga yang dimodifikasi menjadi kendaraan niaga dan
mangkal di sekitaran objek wisata Taman Margasatwa Budaya Kinantan (TMSBK)
disaat hari liburan.
Ketika dijumpai, Jumat
(28/4/2023) di depan objek wisata TMSBK, Ayu menjelaskan, menjual pisang kapik
camilan khas Kota Bukittinggi sudah 2 tahun lamanya, selain mangkal di
sekitaran objek wisata TMSBK disaat hari liburan, dan pada hari biasa selain
hari liburan, Ayu juga mangkal di bawah jembatan layang pasar Aur Kuning.
Pisang kapik yang dijualnya tidak menentu banyaknya, itu melihat keramaian
pembeli.
Kata Ayu, camilan khas
Kota Bukittinggi mudah ditemui di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Adapun
proses pembuatannya, yaitu pisang kepok dikupas kulitnya dan dipanggang diatas
arang dan tempurung kelapa. Setelah itu dilakukan proses mangapik atau
penjepitan. Pisang akan dikapik (dijepit) dengan alat penjepit berbentuk kotak
yang terbuat dari kayu. Pisang di kapik hingga berbentuk lingkaran dan gepeng.
Kemudian disajikan diatas kertas coklat atau daun pisang.
Sebagai hiasan dan
penambah cita rasa, pisang kapik juga di taburi dengan parutan kelapa.
Istimewanya, parutan kelapa ini sudah terlebih dahulu diolah dengan gula merah
yang dicairkan kemudian diaduk secara bersamaan (inti namanya). Tak lupa,
potongan kecil daun pandan di atas parutan kelapa ini sebagai pemanis dan
penambah harum. Pisang kapik dijual Rp10.000 per dua buah.
Kehidupan kini semakin
susah jika tidak ditunjang dengan berusaha, suami Ayu bekerja sebagai petugas
kebersihan (cleaning service). Jadi dengan menjual pisang kapik ini,
Alhamdulillah dapat meningkatkan perekonomian taraf kehidupan. Pendapatan dari
penjualan pisang kapik tidak menentu tergantung dari ramainya pembeli di hari
liburan, di waktu sepi pembeli pisang kapik, hanya membawa pulang Rp20.000.-
dan di waktu ramai pembeli, ya Alhamdulillah bisa membawa pulang sebanyak
Rp100.000 sampai Rp150.000.-
Ayu mengharapkan ada tempat khusus untuk berjualan, sehingga tidak berkeliling menjual pisang kapik dengan menggunakan kendaraan roda tiga. Dihitung uang pengeluarannya untuk membeli bahan bakar kendaraan dan bahan baku pisang kapik cukup lumayan tinggi. Sekiranya disediakan tempat untuk berjualan akan mengurangi uang pengeluaran, kalau untuk uang pengeluaran kebersihan, ya pasti ada.
Ayu sebagai pelaku UMKM kuliner pisang kapik camilan khas Kota Bukittinggi, berterima kasih kepada Pemerintah Kota Bukittinggi yang telah memberikan bantuan sosial untuk kehidupan. Mudah-mudahan dapat pula diberikan bantuan usaha dari Pemerintah Kota Bukittinggi untuk meningkatkan penjualan pisang kapik camilan khas Kota Bukittinggi, harapnya. (Iwin SB)