Makan Bajamba Rangkaian Prosesi Peresmian Museum Inyiak Canduang Syekh Sulaiman Arrasuli

Rabu, 01 Juni 2022 : Juni 01, 2022
Rita Noor Arrasuli bersama Buya Mahyeldi Gubernur Sumatera Barat


Bukittinggi,winsbnews.com- Perhelatan peresmian museum Inyiak Canduang Syekh Sulaiman Arrasuli yang terletak di Jalan Syekh Sulaiman Arrasuli Kenagarian Canduang Kabupaten Agam, Sumatera Barat memang sudah usai. Namun animo dan euphoria masyarakat Minang belum lah hilang, kegembiraan mereka masih jelas terlihat hingga hari ini.


Dengan telah sudah dibukanya museum ini untuk umum, semakin semaraklah Nagari Canduang menerima kunjungan masyarakat dari Sumatera Barat maupun dari luar Sumatera Barat, yang ingin melihat langsung bukti sejarah seorang tokoh pejuang, pendidik dan ulama besar di Sumatera Barat yang saat ini sudah layak diusung oleh masyarakat menuju Pahlawan Nasional, gelar yang akan disematkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

Rangkaian usai prosesi peresmian museum Inyaik Canduang, Rita Noor Arrasuli, putri Minang yang juga cucu atau generasi kedua keturunan Inyiak Canduang menyelenggarakan “Makan Bajamba” (makan bersama) duduk diatas lapiak (tikar), ini adalah bentuk suatu kebersamaan, kekeluargaan dan gotong royong yang kental dalam tradisi Minang, tidak diskriminatif, semua larut menjadi satu dan status sosialnya akan menjadi sama ketika makan di atas tikar, tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah.


Sеmuаnуа sama-sama duduk tegap dаn melingkar dі atas lapiak, tеtарі аdа ѕеdіkіt реrbеdааn dі antara peserta lаkі-lаkі dаn реrеmрuаn. Lаkі-lаkі duduk baselo (bеrѕіlа) sеdаngkаn раrа perempuan duduk dеngаn саrа bаѕіmрuаh аtаu bеrѕіmрuh.

Kegiatan makan bajamba dilangsungkan dalam suatu ruangan atau tempat yang telah ditentukan, dan umumnya diikuti oleh lebih dari puluhan orang yang kemudian dibagi dalam beberapa kelompok. Suatu kelompok biasanya terdiri dari 3 sampai 7 orang yang duduk melingkar, dan di setiap kelompok telah tersedia satu dulang yang di dalamnya terdapat sejumlah piring yang ditumpuk berisikan nasi dan berbagai macam lauk.


Sebelum makan ada prosesi petatah petitih antara 2 orang niniak mamak, satu mewakili tuan rumah dan yang lain mewakili tamu. Berarti ada adat sopan santun dari tuan rumah kepada para tamu dan begitu sebaliknya. Petatah petitih antar 2 (dua) orang niniak mamak menggunakan bahasa Minangkabau yang sangat halus berisikan sambutan Niniak Mamak tuan rumah terhadap kedatangan tamu, sementara niniak mamak menerima sambutan dengan penuh penghargaan tinggi dan berterima kasih atas sambutan dan hidangan makanan yang lezat dan beraneka macam.

Masyarakat Minangkabau mempunyai falsafah adat, yaitu “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah, syara’ mangato adat mamakai.” (Adat bersendi syara’/agama, syara’ bersendi kitabullah/Alquran). Syara’ mengatur, adat menerapkannya. Adat dari satu sisi merupakan ajaran kehidupan yang bersifat filosofi kultural dan menawarkan kearifan lokal budaya dengan berguru kepada alam yang bersifat kontekstual dengan referensinya alam takambang jadi guru.

Sementara Syara’ adalah norma dan paradigma agama yang berorientasi dan mengacu kepada kitab Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW, yang bersifat absolut. Adat dan syara’ itulah yang menjadi panutan bagi masyarakat Minangkabau dalam bertindak dan bertingkah laku.

Dalam acara seremonial bersejarah ini, Rita Noor Arrasuli mengundang dan menjamu tamu dari Jakarta sebanyak 30 orang dan tamu lainnya termasuk Keluarga Besar Inyiak Canduang Syekh Sulaiman Arrasuli yang ada di kampung maupun di rantau, seperti di Jakarta, Banten hingga negara Malaysia, untuk menikmati makan Bajamba dan beradat Minangkabau di salah satu rumah Gadang Inyiak di Nagari Simarasok, Agam.


Dijelaskan Rita Noor Arrasuli, Rabu (2/6/2022) adapun tujuan menggelar makan bajamba, zaman sekarang ini kalau hanya sekedar makan bisa dilaksanakan lebih mudah, misalnya memesan makanan masakan siap saji (catering), makan prasmanan atau bawa saja tamu-tamu ke rumah makan (restaurant), selesai urusan.

Tapi bukan itu tujuan ibu-ibu anak ini, justru inilah moment yang sangat tepat baginya untuk mempromosikan budaya adat istiadat Minangkabau kepada para tamu yang datang dari luar Sumatera Barat. Rita yakin, para tamu akan merasakan sensasi yang lain ketika mereka menikmati prosesi makan bajamba, apalagi ketika sedang makan, masih tercium aroma kayu bakar sisa-sisa pembakaran para ibu-ibu yang memasak beramai-ramai dengan penuh sukacita dan ketulusan wanita Minang di desa kaki gunung merapi itu, lalu mereka para tamu akan menceritakan pengalaman ini kepada teman, sahabat, kerabat dan relasi-relasinya, dan promosi dari mulut ke mulut akan jauh lebih efektif.

Kedepan Rita yang juga tergabung sebagai Ketua Kompartemen Pameran di Organisasi Pengembang Perumahan - DPP REI, sudah merencanakan sebuah event budaya yang In syaa Allah akan digelar di nagari Canduang bertujuan mengundang wisatawan, syukur-syukur ada juga para investor untuk berkunjung ke nagari Canduang sebagai destinasi wisata religi dan edukasi, mudah-mudahan akan menjadi icon, Rita yakin ini karena usulannya didukung oleh Buya Mahyeldi Gubernur Sumatera Barat dan Bupati Agam Dr. H. Andri Warman, MM.

Rita Noor Arrasuli pun pandai berpantun ;

Bundo kanduang memasak ikan bakar
Sebagai teman makan nasi juga bubur
Nagari Canduang Kebanggaan Sumbar
Impian para wisatawan untuk berlibur

Makan Bajamba di atas tikar
Buatan tangan Bundo Kanduang
Jangan mengaku pernah ke Sumbar
Kalau belum berkunjung ke nagari canduang

Rita Noor Arrasuli lulusan Institute Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) tahun 1989 Fakultas Ilmu Jurnalistik yang juga sebagai penggiat, pemerhati dan peduli terhadap pariwisata Indonesia khususnya pariwisata Provinsi Sumatera Barat, selalu memikirkan untuk melakukan bagaimana pariwisata Provinsi Sumatera Barat umumnya dan Kabupaten Kota khususnya dapat lebih maju dan dikenal di mancanegara, (Iwin SB)
Share this Article