Hari Pendidikan Internasional di Masa Pandemi Covid-19

Minggu, 23 Januari 2022 : Januari 23, 2022
Bukittinggi, winsbnews.id- Hari Pendidikan Internasional adalah peringatan tahunan yang diadakan pada tanggal 24 Januari setiap tahunnya, merayakan peran pendidikan dalam mewujudkan perdamaian global dan pembangunan berkelanjutan. Pada dua tahun belakangan, Hari Pendidikan Internasional di masa pandemi Covid-19, jadi menyesuaikan dengan kondisi dan keberadaan tersebut.
Pengamat Pendidikan Sumatera Barat Prof. Jamaris Jamna, Sabtu (22/1/2022) mengatakan saat ini terjadi penurunan kualitas pendidikan di seluruh belahan dunia dikarenakan pengaruh pandemic virus corona terhadap sistem pembelajaran di semua negara termasuk negara Indonesia. Oleh sebab itu munculnya sistem pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) yang lebih dominan, padahal system itu belum mampu untuk optimalisasi proses pembelajaran dan menghasilkan capaian yang bagus.
Dikatakannya penurun kualitas pendidikan mencakup pengetahuan, sikap dan perilaku/karakter serta keterampilan, peserta didik selama pandemic Covid-19 ini tidak banyak berpraktek jikalau ada itu pun dilaksanakan di rumah atau belajar di rumah (studi at home). Jika sistem pembelajaran Daring dilanjutkan maka akan memutus kaderisasi bangsa untuk memimpin negara ini puluhan tahun berikutnya dengan hadirnya pemimpin yang dikhawatirkan tidak berkompeten.
Jadi isu yang sangat krusial itu adalah penurunan kualitas pendidikan, terkait dengan Covid-19. Dan itu di Indonesia sudah mulai dikhawatirkan dikarenakan bisa terjadi lost generation, artinya apa, kalau ini diteruskan maka generasi kita akan terputus, kader bangsa kita nanti akan terputus, ketika kader bangsa itu terputus maka yang jadi pemimpin adalah orang-orang yang memang dikhawatirkan tidak kompeten.
Ketika 20 tahun ke depan atau 30 tahun kedepan, berarti apa, kalau terjadi lost generation, makanya ada yang menduga kenapa Pemerintah sekarang lebih berusaha agar terjadi pembelajaran tatap muka, supaya pembelajaran itu bisa optimal kembali sehingga pendidikan itu berproses dengan baik,” ujarnya.
Lebih lanjut dijelaskannya dengan belajar daring, anak lebih banyak di rumah sementara orang tua tidak mampu melakukan pengawasan dan mengontrol buah hatinya, hingga berujung pada dunia internet (dunia maya). Kenakalan itu lebih berbahaya dari kenakalan anak yang terjadi di masa lalu, anak sekarang menonton kekerasan, adegan pornografi dan proaksi, pelecehan seksual dan dampak bahaya lainnya.
Berbeda dengan masa dulu, ketika kecil di masa sekolah. Kenakalan anak yang terjadi secara alamiah, keluar kelas pergi ke sawah, ke ladang, ke belakang sekolah itu berkelahi, tetapi sekarang kenakalannya beda. Nah, kita tidak ingin murid-murid kita belum siap menerima tontonan yang mereka lihat di dunia maya itu yang menjadi pemicu persoalan pelecehan seksual dan kekerasan di dunia nyata,” ucapnya.
Sementara itu Des orangtua murid, mengatakan setelah melandai nya pandemi Covid-19 belakangan ini membuat lapang hati para orangtua murid begitu juga siswa dengan telah diberlakukan kembali belajar tatap muka dengan mengikuti petunjuk protokol kesehatan. Siswa di sekolah tidak lagi kesulitan menerima pembelajaran dibandingkan sewaktu menerima pembelajaran daring dengan menggunakan teknologi gadget.
Diakuinya dunia teknologi berkembang terus mengikuti zamannya, perkembangan dunia teknologi itu tentunya harus diimbangi dengan ilmu pengetahuan untuk digunakan yang positif dan bukannya digunakan untuk yang negatif. Peran orangtua pun harus dapat mengimbanginya agar kelak tidak gagap teknologi (gaptek), dan dapat memantau pemakaian atau penggunaan gadget pada anak yang digunakan untuk yang sebenarnya, ucapnya. (Iwin SB)
Share this Article