Disparpora Kota Bukittinggi Revitalisasi Benteng Fort de Kock Tahun 2022

Jumat, 07 Januari 2022 : Januari 07, 2022
Bukittinggi, winsbnews.id- Benteng Fort de Kock peninggalan Belanda yang terletak di atas Bukit Jirek berada di dalam Taman Margasatwa Budaya Kinantan (TMSBK) merupakan objek wisata bersejarah dan juga sebagai objek wisata edukasi, benteng ini menjadi pusat perhatian pengunjung wisatawan lokal, regional maupun mancanegara guna mengetahui sejarah dan sekaligus mengambil moment dengan memfoto di sekitarnya.
Menurut sejarahnya Benteng Fort de Kock didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825 pada masa Hendrik Merkus de Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock.
Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi pada tahun 1821-1837. Di sekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke 19. Pada tahun-tahun selanjutnya, di sekitar benteng ini tumbuh sebuah kota yang juga bernama Fort de Kock, kini Bukittinggi.
Benteng ini sebenarnya diberi nama 'Sterreschans' yang memiliki arti benteng pelindung. Pada 1897, Benteng Sterreschans dibongkar dan dijual menurut bunyi surat Gubernur Sumatera Barat tanggal 27 Februari 1897 dengan besluit Residen Padang Darat tanggal 6 Maret 1897 No. 1054 dan tanahnya diambil alih oleh Pemerintah Belanda. Berikutnya tahun 1888 Belanda menetapkan batas Kota Bukittinggi (Fort de Kock) menurut besluit Gouverneur General tanggal 1 Desember 1988.
Kepada winsbnews.id, Senin (10/1/2022) Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Kadisparpora) Bukittinggi Drs. Supadria, M.Si mengatakan revitalisasi benteng Ford de Kock Bukittinggi tahun 2022 mendatang memadukan konsep Historical Edukatif. Artinya memadukan konsep sejarah dan pendidikan, karena benteng ini banyak menyimpan sejarah peninggalan masa Pemerintahan Hindia-Belanda yang menjadi daya tarik wisata sejarah. Sedangkan anggaran revitalisasi itu sudah dicadangkan senilai sekitar Rp2 miliar lebih, ucap Supadria.
Mengenai keberadaan objek wisata Taman Margasatwa Budaya Kinantan (TMSBK) dan Taman Panorama Lubang Japang (TPLJ) menjadi penyumbang bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bukittinggi setiap tahunnya, selama tahun 2021 lalu, berhasil dihimpun dari dua destinasi yang dikelola Pemerintah daerah itu sebesar Rp16,7 miliar.
Dikatakannya target penerimaan dana pendapatan yang dikelola Disparpora dari dua destinasi berbayar itu termasuk beberapa sarana olahraga selama satu tahun 2021 sebesar Rp20,2 miliar. Target seluruhnya mulai dari objek wisata TMSBK, TPLJ dan beberapa sarana olahraga yang menjadi tanggung jawab dari DisParpora, itu semuanya 20,2 miliar rupiah. Realisasi tahun 2021 sebesar Rp16,7 miliar dari target Rp14 miliar. Ada kenaikan capaian penerimaan sebesar 120 persen. Jadi TMSBK menjadi penyumbang PAD terbesar dari pariwisata untuk Kota Bukittinggi.
TMSBK Kota Bukittinggi menjadi primadona bagi pengunjung untuk menikmati liburan keluarga dikarenakan terdapat adanya benteng bersejarah, museum rumah gadang dan sejumlah satwa yang dapat dijadikan referensi edukasi bagi masyarakat begitu juga konservasi, maka Pemerintah Daerah menganggarkan dana sekitar Rp2 miliar untuk mengakomodasi konsumsi bagi hewan yang tercatat sebagai penghuni Kebun Binatang itu, ungkapnya. (Iwin SB)
Share this Article